BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Havighurst tugas-tugas perkembangan masa kanak-kanak
akhir 5-9 tahun adalah:
·
Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk
bermain.
·
Membangun sikap yang sehat mengenai diri
sendiri.
·
Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya.
·
Mulai mengembangkan peran sosial pria dan
wanita.
·
Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca,
menulis dan berhitung.
·
Mengembangkan pengertian-pengertian yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
·
Mengembangkan hati nurani, pengertian moral,
tatakrama dan tingkatan nilai.
·
Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan
lembaga.
·
Mencapai kebebasan pribadi.
Masa perkembangan anak yang diwarnai
dengan perilaku menjengkelkan, membuat naik pitam atau frustrasi. “Kalau
seseorang menyarankan ‘ya’, anak akan mengatakan ‘tidak’. Kalau kita
berpendapat ‘hitam’, ia bersikeras ‘putih’. Jika kita larang, ia malah
melakukannya,” ujar Dra. Shinto Adelaar, M.Sc. saat tampil sebagai pembicara
dalam seminar tentang Your Defiant Child (Anak Suka Menentang) yang
diselenggarakan Janssen Pharmaceutica bekerjasama dengan BP Pendidikan Yayasan
Patmos beberapa waktu lalu di Jakarta.
Menurut psikiater anak Dr. Dwidjo
Saputro, Sp.KJ, ciri-ciri anak menentang antara lain emosi yang mudah meledak,
sikapnya selalu menjengkelkan orang lain, senang berdebat atau beradu pendapat
dengan orang dewasa, selalu menentang atau membangkang, tidak patuh pada
peraturan atau tuntutan orang dewasa, selalu menyalahkan orang lain atas
kesalahannya sendiri, mudah tersinggung atau merasa diganggu oleh orang lain,
selalu marah-marah, dan selalu ingin balas dendam. “Ciri-ciri perilaku ini
mengakibatkan anak tidak dapat diterima oleh lingkungannya, bahkan menimbulkan
masalah dalam belajar maupun fungsi kehidupan lainnya,” lanjut Dwidjo pada
kesempatan yang sama.
Sikap anak seperti ini memang
menjengkelkan. Hanya saja, “Sikap ini sebenarnya bisa merupakan bagian dari
mulai tumbuhnya kemandirian dan kemampuan untuk mengemukakan diri. Di usia ini,
kebanyakan anak mulai menguji otonominya dan mencoba melakukan berbagai hal
atas inisiatifnya sendiri,” ujar. Shinto. Tindakan atau inisiatif tersebut,
lanjut Shinto, adakalanya tidak sesuai atau mengkhawatirkan orang tua, sehingga
orang tua melarangnya dan anak merasa terhambat otonomi atau inisiatifnya. Akibatnya, anak dapat bereaksi positif, yaitu
patuh, atau sebaliknya, bersikap negatif dengan menolak untuk patuh atau
bersikeras melakukan hal yang dilarang.
Sikap
menentang ini salah satunya mendapati anak susah mandi yang membuat orangtuanya
resah. Karena bagaimanapun juga mandi merupakan aktivitas yang harus dijalani
secara rutin minimal dua kali sehari. Selain untuk menjaga kesehatan, mandi
juga penting agar tubuh selalu bersih dan segar. Dan biasanya, bagi anak yang
malas mandi pasti ada saja alasan yang akan dilontarkan. Mulai takut mata pedih
saat terkena shampo atau sabun, mengulur waktu sampai akhirnya tak mau mandi
dengan alasan sudah malam, dan beribu alasan lainnya.
Berhubungan
dengan ini, seorang ibu mengeluhkan bahwa anaknya susah jika disuruh mandi.
Padahal teman-teman bermainnya setiap sore hari biasa dalam keadaan sudah
mandi. Anaknya ini memang memiliki pikiran bahwa mandi tidak mandi sama saja,
ini dikarenakan sudah menjadi kebiasaan dari sejak kecil, kedua orang tuanya
sibuk bekerja dari pagi sampai maghrib sehingga tidak ada waktu untuk mengurusi
anaknya khususnya mandi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti :
1.
Apakah yang menjadi faktor penyebab anak malas mandi?
2.
Latar depan masalah yang terjadi?
3.
Apa saja solusi Mencegah terjadinya masalah pribadi
pada anak?
4.
Bagaimana mengatasi anak malas mandi?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui :
1.
Faktor penyebab anak malas mandi
2.
Latar depan masalah yang terjadi
3.
Solusi Mencegah terjadinya masalah pribadi pada anak
4.
Cara mengatasi anak malas mandi
D. Manfaat Penelitian
Sesuai
dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang akan dibahas, maka manfaat yang
diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.
Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang
factor penyebab, solusi pencegahan, dan
cara mengatasi anak malas mandi
2.
Bagi Institusi Pendidikan
Digunakan sebagai sumber informasi, khasanah
wacana kepustakaan serta dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian
selanjutnya.
3.
Bagi keluarga
Memberi informasi kepada orang tua tentang tugas perkembangan anak.
4.
Bagi klien
Dapat meningkatkan motivasi untuk hidup bersih
dan sehat, khususnya mandi.
BIODATA
A. Identitas Siswa
Nama
lengkap : MFA
Nama
Panggilan : A
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Tempat
/ Tgl Lahir : B, 2 Juni 2003
Alamat
: C
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Jumlah
Bersaudara : II (Dua)
Anak
ke : II (Kedua)
Bahasa
Sehari – hari : Indonesia Campur Sunda
B. Identitas Orang Tua
1. Ayah
Nama
: MS
Pekerjaan
: Dagang
Agama : Islam
Alamat
: C
Pendidikan
terakhir : SMA
2. Ibu
Nama
: SS
Pekerjaan
: Dagang
Agama : Islam
Alamat : C
Pendidikan
terakhir : SMP
BAB II
PEMBAHASAN
KASUS ANAK YANG MALAS MANDI
A. Gambaran Masalah
A
adalah salah satu siswa yang duduk di kelas IV SD Negeri 1 C Kab. B, saat ini A
sudah berumur 9 Tahun, ia adalah anak ke- 2 dari 2 (Dua) bersaudara, anak ini
berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, dimana ayah dan ibunya merupakan
penjual gudeg jogja yang setiap harinya berangkat dari pagi hingga magrib.
Sehingga waktu bersama anaknya sangat terbatas.
Setelah
saya mengadakan wawancara terhadap A dan ibunya, maka saya dapat menyimpulkan
bahwa anak ini mengalami masalah dimana ia termasuk anak yang malas mandi. Karena
sudah menjadi kebiasaan sewaktu kecilnya, A kurang adanya perhatian orang tua
yang kedua-duanya sibuk.
Dan
saya memperoleh informasi tentang A, ternyata anak ini seharian bermain di luar
tanpa ingat makan atau apapun karena terlalu asyik dengan permainannaya. Hal
ini juga yang menyebabkan dia malas mandi, padahal semestinya waktu magrib pun
dalam keadaan sudah mandi seperti teman-teman sebaya lainnya.
Menurut
informasi yang saya peroleh dari ibunya, jika A tidak disuruh mandi, ia tidak
akan pernah mandi, dan ketika mau mandi pun, ia harus dipaksa bahkan sampai
dimarah-marahi dulu. Padahal setiap keinginannya yang dimana bapak ibunya
sanggup, selalu mereka penuhi. Setiap ada kesempatan waktu bersama, ibunya
selalu menyempatkan mendidik dan mengarahkan
A untuk hidup mandiri seperti mandi,
makan, mengaji, dan berangkat sekolah tanpa harus disuruh.
Sebetulnya
masalah yang dialami oleh A dapat diatasi, apabila anak ini dibimbing secara
terus menerus tanpa harus ada reward tapi melakukannya dengan senang hati
karena kebaikan itu juga untuk dirinya sendiri, selain itu hal ini disebabkan
karena kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaannya masing – masing untuk
menghidupi keluarganya, jadi A mengalami masalah seperti ini disebabkan karena
kurangnya perhatian dari orang tuanya.
B. Faktor-faktor Anak Malas Mandi
Masalah yang dihadapi A disebabkan
oleh dua faktor yaitu faktor yang ada dalam dirinya dan faktor dari luar atau
lingkungannya.
Dengan mengumpulkan berbagai data
yaitu dengan wawancara maka dapat diketahui factor-faktor anak ini malas mandi yaitu :
1.
Pola asuh orang tua yang permissive
2.
Orang tua memenuhi keinginanya jika menuruti perintah,
salah satunya mandi, sehingga ia kebiasaan mandi bukan karena dirinya tapi
karena ada keinginan
3.
Ia sudah berpikiran “Mandi atau tidak mandi sama saja,
justru ribet jika memakai handuk dan
mengganti pakaian”
4.
Asyik bermain seharian sehingga lupa waktu
5.
Kebiasaan sewaktu kecilnya jarang dimandikan karena
ibunya selalu pulang maghrib
6.
Waktu orang tua yang terbatas untuk mengurusinya
C. Latar Depan Masalah
Dengan memperhatikan masalah yang
dihadapi oleh A, maka beberapa kemungkinan yang dapat timbul dari masalah anak
ini adalah :
1.
Anak akan terbiasa tidak memperhatikan kebersihan
khususnya untuk dirinya sendiri (jorok)
2.
Ia susah menerima bimbingan dari orang lain, dengan
demikian dia cenderung keras kepala atau tidak mau ditentang
3.
Anak kurang diterima di lingkungannya
D. Solusi Pencegahan
Masalah
malas mandi yang terjadi pada diri A
tidak harus terjadi, apabila faktor – faktor yang mendorong tingkah lakunya
tersebut dapat dihindari. Untuk mencegah masalah malas mandi pada A, orang tua dapat melakukan usaha
sebagai berikut:
1.
Orang tua menerapkan disiplin pada anak
2.
Mengidentifikasi tindakan anak yang positif maupun yang
negatif
3.
Melakukan pendekatan secara pribadi pada anak
4.
Menumbuhkan motivasi yang kuat pada diri A sehingga ia
memiliki rasa cinta kebersihan yang tinggi khususnya untuk dirinya sendiri
E. Usaha Mengatasi Masalah
Usaha
mengatasi masalah yang dialami oleh A, maka untuk kepentingan bimbingan
dilakukan sebagai berikut :
1.
Mencari tahu penyebab masalah yang terjadi
2.
Menyusun solusi setelah mengetahui penyebab masalah
3.
Memberikan tugas kepada anak
4.
Memberikan dan menyediakan kesempatan belajar bagi anak
sesuai dengan kemampuannya
F. Pihak – Pihak Yang Terlibat Dalam Usaha Bimbingan
Pihak yang terlibat dalam penanganan
bimbingan ini adalah sebagai berikut :
1.
Kedua orang tua
2.
Teman – teman bermainnya
3.
Guru
G. Pengumpulan Data
Masalah yang dialami A akan
terungkap secara gamblang bila berbagai kegiatan pengumpulan data yang cermat
dilakukan sebagai berikut :
1.
Melakukan wawancara langsung dengan anak yang
bersangkutan
2.
Melakukan wawancara dengan ibunya
3.
Melakukan wawancara dengan teman bermainnya
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Masalah
(malas mandi) yang dialami oleh seorang anak tidak muncul begitu saja. Tetapi
dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Baik faktor intrinsik maupun ekstrinsik.
Untuk mencegah masalah malas mandi pada
anak, orang tua dapat melakukan usaha antara lain, orang
tua menerapkan disiplin pada anak, mengidentifikasi tindakan anak yang
positif maupun yang negative,
melakukan
pendekatan secara pribadi pada anak, menumbuhkan motivasi yang kuat pada diri
anak sehingga ia memiliki rasa cinta kebersihan yang tinggi khususnya untuk
dirinya sendiri.
Untuk
mengatasi masalah yang dialami oleh anak yang malas mandi, maka untuk
kepentingan bimbingan dilakukan usaha antara lain, mencari
tahu penyebab masalah yang terjadi, menyusun solusi setelah mengetahui penyebab
masalah, memberikan tugas kepada anak, memberikan dan menyediakan kesempatan
belajar bagi anak sesuai dengan kemampuannya.
REFERENSI
: