A. Pengertian dan Tujuan
Menurut H.M Arifin ( 1982:2 ) dalam
bukunya “ Bimbingan dan Konseling “ beliau menyatakan bahwa pengertian
Konseling Agama adalah: Usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami
kesulitan baik lahiriah maupun batiniah yang menyangkut kehidupannya di masa
kini dan di masa mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang
mental dan spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan
kemampuan yang ada pada dirinya sendiri maupun dorongan dari kekuatan iman dan
takwa kepada Tuhan.
Adapun pengertian Konseling agama lebih spesipik lagi yaitu pengertian konseling agama Islam ialah proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari / menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Pada konseling ini penekanannya pada upaya kuratif atau pemecahan masalah yang dihadapi seseorang, secara Islami berarti konseling agama Islam membantu individu menyadari kembali ke beradaan atau eksistensinya sebagai makhluk Allah, sebagai ciptaan Allah yang diciptakan-Nya sesuai dengan petunjuk-Nya.
Menyadari eksistensinya sebagai makhluk Allah berarti menyadari bahwa dalam dirinya Allah telah menyertakan fitrah untuk beragama Islam dan menjalankan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Adapun pengertian Konseling agama lebih spesipik lagi yaitu pengertian konseling agama Islam ialah proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari / menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Pada konseling ini penekanannya pada upaya kuratif atau pemecahan masalah yang dihadapi seseorang, secara Islami berarti konseling agama Islam membantu individu menyadari kembali ke beradaan atau eksistensinya sebagai makhluk Allah, sebagai ciptaan Allah yang diciptakan-Nya sesuai dengan petunjuk-Nya.
Menyadari eksistensinya sebagai makhluk Allah berarti menyadari bahwa dalam dirinya Allah telah menyertakan fitrah untuk beragama Islam dan menjalankan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pendidikan Nasional, berdasarkan
Pancasila dan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, meningkatkan Kualitas manusia Indonesia,
meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan,
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan
mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggungjawab atas pembangunan bangsa yang mana semua ini merupakan suatu
strategi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Dengan berpedoman atas garis-garis besar Program Pengajaran yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, baik oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1975 maupun oleh Menteri Agama RI tahun 1976. Pendidikan-pendidikan di sekolah menghendaki terwujudnya manusia baru sesuai dengan falsafah Pancasila yaitu manusia yang dapat hidup dalam pola keseimbangan, keserasian dan keselarasan hubungan-hubungan antara :
Dengan berpedoman atas garis-garis besar Program Pengajaran yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, baik oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1975 maupun oleh Menteri Agama RI tahun 1976. Pendidikan-pendidikan di sekolah menghendaki terwujudnya manusia baru sesuai dengan falsafah Pancasila yaitu manusia yang dapat hidup dalam pola keseimbangan, keserasian dan keselarasan hubungan-hubungan antara :
- Pribadi dengan Tuhannya
- Pribadi dengan Masyarakat
- Pribadi dengan alam sekitar
- Pribadi dengan dirinya sendiri
Manusia baru Indonesia yang kita
kehendaki adalah manusia yang serba utuh lahir dan batinnya, dalam hidup
duniawi dan ukhrowinya yang mampu membangun diri dan masyarakatnya dan
negaranya dengan bekal ilmu dan keterampilan yang dijiwai oleh nilai-nilai
agamanya. Untuk mewujudkan manusia yang demikian itu, tidaklah cukup hanya
ditangani melalui pendidikan formal dan nonformal semata-mata, melainkan perlu
pula ditunjang dengan program lainnya secara menyeluruh seperti program bimbingan
dan konseling umum dan Agama dan sebagainya. Melalui peningkatan pelaksanaan
program bimbingan dan konseling Agama, program pendidikan atau pengajaran di
sekolah dan luar sekolah akan lebih lan cara pelaksanaannya. Adapun tujuan dan
fungsi dari Konseling Agama diantaranya :
- Untuk mengungkapkan kemampuan dasar mental-spiritual dan agama dalam pribadi anak agar diaktualisasikan dan difungsionalkan menjadi tenaga pendorong (motivator) bagi peningkatan proses kegiatan belajar mengajar anak didik.
- Berusaha meletakkan kemampuan mental-spiritual tersebut sebagai benteng pribadi anak didik dalam menghadapi tantangan dan rongrongan dari luar dirinya, baik yang berbentuk mental maupun yang berbentuk material.
- Berusaha menanamkan sikap dan orientasi kepada hubungan dalam empat arah yaitu dengan Tuhannya, dengan masyarakatnya, dengan alam sekitarnya dan dengan dirinya sendiri sehingga menjadi pola hidup yang bersendikan nilai-nilai agamanya.
- Berusaha mencerahkan kehidupan batin sehingga segala kesulitan yang dihadapi, akan mudah diatasi dengan kemampuan mental rohaniahnya.
A. Sekilas Pandang Hakikat dan
Tujuan manusia
Islam memandang manusia sebagai satu
kesatuan yang terdiri dari ruh, jasad dan akal yang saling terikat dan tidak
mungkin dipisahkan menjadi beberapa bagian. Manusia bukanlah ruh tanpa jasad,
bukan hanya makhluk yang hanya terdiri dari jasad tanpa akal, atau hanya
terdiri dari jasad tanpa ruh.Sisi-sisi tersebut merupakan kesatuan yang saling
berkaitan, baik dari fisik maupun psikisnya. Agama Nasrani, Budha, dan Hindu
melihat manusia hanya dari sisi ruh dan mengabaikan sisi yang lainnya, melihat
setiap ynag bersifat ruhiyah adalah benar, harus diperhatikan dan di dukung
keberadaannya, dan semua yang bersifat materi adalah kotor. Padahal mereka pasti
memerlukan materi yang mereka beri cap jelek, hina, dan harus dijauhi. Hal
tersebut menyebabkan dampak negative yang destruktif, yang mewariskan kejahatan
dan kehancuran dari sisi materi serta mengalami keterbelakangan dalam
kehidupan.
Islam adalah konsep yang
menggabungkan antara sisi materi dan sisi ruhiyah manusia, jauh dari
penyelewengan seperti halnya konsep-konsep yang lain. Islam menyakini sisi
materi manusia, karena manusia tercipta dari segenggam tanah, sebagaimana
firman Alloh S.W.T, “ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, ‘
Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah’.” ( Qs. Shaad(38):71). Di
samping Islam mengakui sisi ini, Islam juga memenuhi kebutuhannya ( seperti
makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan segala kebutuhan jasad lainnya )
dengan jelas dan pasti. Islam mempunya pandangan seperti ini agar manusia mampu
mengemban tugas yang Alloh S.W.T bebankan kepadanya, yaitu khilafah dan
memakmurkan dunia ini, sebagaimana firman Alloh S.W.T,:” Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Qs.
Al-Baqarah : 30).
Manusia diciptakan dengan diberi
perangkat akal, dan ini adalah sebab utama Alloh SWT membebaninya dengan tugas
berat ini yaitu sebagai khalifah di muka bumi ini. Selain kedua hal tadi, Islam
juga menyakini bahwa manusia mempunyai sisi ruhiyah yang di tandai dengan
ditiupkannnya ruh kedalam tubuh manusia, seperti yang difirmankan Alloh SWT,
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan
kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud .”
(Qs. Al-Hijr :29). Sisi itulah yang merupakan letak kemuliaan manusia, yaitun
suatu dimensi dimana manusia melampaui derajat yang paling sempurna dari sisi
moral kemanusiaan. Sisi inilah yang membedakan setiap gerakan jasad manusia
dengan hewan, karena Alloh SWT juga menciptakan hewan dengan perangkat ini,
walaupun berbeda cara pemenuhannya.Islam tidak mengesampingkan sisi yang
terpenting manusia sebagai individu, sisi itu ialah kantung nilai moral dan
akhlak yang bertugas mengendalikan setiap gerakan jasad manusia agar tidak
menyeleweng dari aturan. Seandainya kebutuhan-kebutuhan itu tidak dipenuhi
dengan benar , maka keseimbangan mahkluk manusia akan guncang sehingga akhirnya
berjalan dengan pincang dan jatuh tersungkur. Oleh karena itu, Islam mengakui
sisi tersebut dan dan memenuhi kebutuhan asasinya yaitu akidah, ibadah, dan
nilai-nilai akhlak yang mulia.
Mekanisme ini merupakan upaya untuk
menciptakan kebahagiaania manusia yang hakiki dalam mencapai tujuan dalam alam
wujud ini, yaitu hanya beribadah kepada Alloh SWT. Alloh SWT berfirman :” Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
(Qs. Adz-Dzaariyat:56). Jika tujuan hidup kita pada umumnya hanya untuk
beribadah kepada Alloh SWT, maka makna ibadah harus ditinjau dari semua aspek.
Ia merupakan panduan yang mencakup semua aspek. Ia merupakan panduan yang
mencakup semua sisi kehidupan, hingga aktivitas kita seremeh apapun bernilai
ibadah yang harus kita perhatikan dan kita niatkan hanya untuk beribadah karena
Alloh SWT.
B. Perilaku Bermasalah Manusia
Dalam pandangan agama, manusia
dikatakan mempunyai perilaku yang bermasalah tatkala manusia melakukan sebuah
aktivitas yang bertentangan atau tidak sesuai dengan nilai-nilai agama tersebut
yang telah menjadi pegangan hidup. Manusia memberi sifat pada suatu aktifitas
dengan baik dan buruk berdasarkan manfaat atau bahaya yang menimpanya sebagai
akibat dari perbuatannya adalah sifat yang tidak benar dan tidak tetap, karena
sifat itu datang dari manusia. Sedangkan manusia itu tempat perbedaan,
perselisihan, pertentangan dan terpengaruh oleh lingkungan.
Akal manusia yang tidak mampu berbagai akibat sebelum terjadinya akibat-akibat itu. Maka sifat hakiki bagi aktivitas bahwasanya pekerjaan itu baik atau buruk itu tidak datang dari manusia dan tidak pula datang dari pekerjaan itu sendiri. Membunuh adalah satu pekerjaan, kalau dilakukan seorang muslim bisa kmenjadi baik apabila pembunuhan itu membunuh orang yang memerangi, dan bisa menjadi buruk apabila membunuh penduduk warga Negara atau membunuh kafir Mu’ahad. Maka menyifati pekerjaan dengan baik dan burukitu tidak datang dari zat pekerjaan itu dan tidak pula datang dari manusia. Sifat itu hanya datang dari faktor-faktor di luar manusia, dan faktor-faktor ini bersandar pada sudut pandang tentang kehidupan. Yaitu akidah atau keyakinan yang dipeluk oleh manusia, dan pemikiran-pemikiran juga sistem-sistem yang memancar dari akidah.
Akal manusia yang tidak mampu berbagai akibat sebelum terjadinya akibat-akibat itu. Maka sifat hakiki bagi aktivitas bahwasanya pekerjaan itu baik atau buruk itu tidak datang dari manusia dan tidak pula datang dari pekerjaan itu sendiri. Membunuh adalah satu pekerjaan, kalau dilakukan seorang muslim bisa kmenjadi baik apabila pembunuhan itu membunuh orang yang memerangi, dan bisa menjadi buruk apabila membunuh penduduk warga Negara atau membunuh kafir Mu’ahad. Maka menyifati pekerjaan dengan baik dan burukitu tidak datang dari zat pekerjaan itu dan tidak pula datang dari manusia. Sifat itu hanya datang dari faktor-faktor di luar manusia, dan faktor-faktor ini bersandar pada sudut pandang tentang kehidupan. Yaitu akidah atau keyakinan yang dipeluk oleh manusia, dan pemikiran-pemikiran juga sistem-sistem yang memancar dari akidah.
Sedangkan menurut agama Islam
perilaku bermasalah manusia mempunyai standar yang rinci untuk sesuatu yang
baik dan buruk. Aktivitas apabila terdiri dari sesuatu yang diridhai Alloh,
yaitu dengan menta’ati perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangan-Nya,
maka aktivitas itu baik. Dan apabila aktivitas iti dari hal yang dimurkai
Alloh, yaitu karena menyalahi perintah-perintah-Nya serta melaksanakan
larangan-larangan-Nya, maka aktivitas tersebut dianggap buruk atau bermasalah.
Jadi, baik-menurut orang muslim- adalah sesuatu yang diridhai Alloh. Sedangkan
buruk adalah sesuatu yang dimurkai Alloh SWT. Shalat, jihad dan mengemban
dakwah adalah baik karena diridhoi Alloh, sedangkan riba, zina adalah buruk
karena dimurkai Alloh tanpa memandang manfaat atau bahaya yang menimpa manusia
dalam kehidupan dunia sebagai akibat dari perbuatannya. Kemudian kehidupan
akhirat, yaitu tempat kenikmatan yang abadi di syurga, atau adzab yang sangat
menyakitkan di neraka, sebagai balasan dari apa yang telah dikerjakan manusia
dari perbuatan baik atau buruk. Alloh SWT berfirman :” Maka siapa saja yang
mengerjakan kebajikan seberat dzarrah-pun, niscaya dia akan melihat (balasan)
nya. Dan siapa saja yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah-pun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya pula.” ( Qs. Al-Zalzalah:7-8).
Bagi pembimbing dan konselor agama,
sasaran psikologis yang perlu dipahami ialah perkembangan kemampuan beragama
anak bombing sesuai dengan tingkat-tingkat atau periode-periodenya secara
individual. Dari segi preventif, bimbingan dan konseling agama harus dapat
menghindarkan anak bombing dari segala bentuk gangguan atau hambatan dalam
proses pembinaan hidup beragama, misalnya sering timbulnya sikap keragu-raguan
dalam jiwa anak bombing terutama pada periode menginjak masa puberitas, karena
akibat perkembangan kecerdasan pikiran sehungga bersikap kritisasional dalam
menerima dogmatika agama yang dianggap kurang kontekstual dengan kenyataan
hidup masyarakat dan ilmu pengetahuan modern yang canggih saat ini, dan yang
akan datang. Juga keragu-raguan timbul karena kekecewaan (frustasi) akibat
usaha atau harapan tidak terpenuhi, seperti dalam agama diajarkan bahwa
barangsiapa berdoa sungguh-sungguh, pasti akan di kabulkan. Sedang kenyataannya
dia gagal dalam ujian, padahal telah berkali-kali berdo’a dengan khusyu’ dan
sepenuh hati sebelumnya.
Keragu-raguan karena melihat
kenyataan hidup dalam masyarakat yang bertentangan dengan nialai-nilai agama
yang diajarkan di sekolah, seperti, adanya kenyataan orang yang tekun beribadah
justru banyak yang miskin, sedang orang lain banyak dilimpahi rizki oleh Tuhan,
timbulnya pelanggaran susila dalam pergaulan masyarakat atau sadism atau
kemunafikan dikalangan umat beragama tertentu dan sebagainya. Perasaan stress
(tertekan), kecemasab dan keresahan batin, karena pengaruh faktor dari dalam
(internal) dan dari luar (eksternal) sering menimbulkan tindakan-tindakan
remaja nakal yang beraneka macamnya sampai pelanggaran susila, sadism dan
kejahatan lainnya. Harus dikaji sumber penyebabnya, apakah karena pengaruh
keretakan keluarganya, atau karena pergaulan, ataukah Karen afaktor-faktor
lainnya. Oleh karena itu, tugas pembimbing dan konseling agama mempunyia
sasaran luas seiring dengan tuntutan kebutuhan perkembangan hidup anak bombing
itu sendiri akibat dampak-dampak kemajuan kebudayaan dan ilmu atau teknologi
modern. Semakin manusia modern maka semakin kompleks (ruwet) jiwanya, dan
semakin meningkat tuntutan hidupnya, tetapi semakin kurang peka kepada sentuhan
agama.
C. Metode Konseling Agama
Dalam proses kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling pada umumnya, bimbingan dan konseling agama pada
khususnya di sekolah, salah satu komponen yang penting adalah metode yang perlu
diterapkan. Efektivitas suatu metode ditentukan oleh sikap dan pendekatan
pembimbing atau Konselor terhadap sasaran terbimbing ( anak bombing ), di
samping jenis atau bentuk dari metode itu sendiri, sejauh mana kesesuaiannya
atau ketetapannya terhadap saasaran yang digarap. Metode bimbingan dan
konseling agama berfungsi sebagai penunjang kelancaran program pendidikan di
sekolah yang pelaksanaannya berdasarkan atas pendekatan individual atau kelompok.
Ada beberapa metode yang lazim
dipakai dalam bimbingan dan konseling agama dimana sasarannya adalah mereka
yang berada didalam kesulitan mental-spiritual disebabkan oleh faktor-faktor
kejiwaan dari dalam dirinya sendiri, seperti tekanan batin (depresi mental),
gangguan perasaan (emotional disturbance), tidak mampu mengadakan konsentrasi
pikiran, dan gangguan batin lainnya yang memerlukan pertolongan. Dan juga
disebabkan oleh faktor-faktor dari luar dirinya, seperti pengaruh dari
lingkungan hidup yang menggoncangkan perasaan (misalnya, orang yang dicintai
telah meninggalkan dirinya), pekerjaan rumah yang berat sehingga menghambat
proses belajar mengajar di sekolah, dan lain-lain penyebab yang banyak
menimbulkan hambatan batin anak bimbing.
Untuk mengungkapkan segala sesuatu
yang menjadi sebab kemunduran prestasi belajar, maka anak bimbing perlu
didekati melalui metode sebagai berikut:
1. Wawancara, adalah salah satu cara
memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang
bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan anak bimbing pada saat tertentu yang
memerlukan bantuan.
Wawancara baru dapat berjalan dengan
baik bilamana memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Pembimbing harus berkomunikatif dengan anak bimbing.
- Pembimbing harus dapat dipercayai oleh anak bimbing sebagai pelindung.
- Pembimbing harus dapat menciptakan situasi dan kondisi yang memberikan perasaan damai dan aman serta santai kepada anak bimbing.
- Pembimbing harus dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang tidak menyinggung perasaan anak bimbing.
- Pembimbing harus dapat menunjukkan i’tikad baiknya dalam menolong anak bimbing mengatasi segala kesulitan yang sedang dihadapi.
- Masalah-masalah yang ditanyakan oleh pembimbing harus benar-benar mengenai sasaran (to the point) yang ingin diketahui.
2. Segala fakta yang diperoleh dari
anak bimbing dicatat secara teraturdan rapi didalam buku catatan (cumulative
records) untuk anak bimbing yang bersangkutan serta disimpan baik-baik sebagai
file (dokumen penting). Pada saat dibutuhkan, catatan pribadi tersebut
dianalisis dan diidentifikasi untuk bahan pertimbangan tentang metode apakah
yang lebih tepat bagi bantuan yang harus diberikan kepadanya.
3. Metode Group-guidance (bimbingan
kalompok) Bilamana metode interview atau wawancara merupakan cara
pemahaman tentang keadaan anak bimbing secara individual (pribadi), maka
bimbingan kelompok adalah sebaliknya, yaitu cara pengungkapan jiwa/batin serta
pembinaannya melalui kegiatan kelompok, seperti ceramah, diskusi, seminar,
simposium, atau dinamika kelompok (group dynamics), dan sebagainya.
Metode baru dapat berjalan dengan
baik bilamana memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Berlangsung ditempat yang cukup tenang, jauh dari gangguan apapun, sebaiknya tempat tersebut memiliki ventilasi udara dan cahaya sinar matahari atau lampu.
- Kelompok tidak terlalu besar, sebaiknya jangan lebih dari 13 orang.
- Secara periodik perlu diisi dengan ceramah-ceramah tentang topik-topik masalah yang berkaitan dengan pengembangan karier, pekerjaan, danjabatan-jabatan yang tersedia.
- Sebelum melaksanakan bimbingan kelompok, hendaknya pembimbing agama mengadakan musyawarah dengan anaqk bimbing tentang kegiatan yang sangat penting dan diperlukan oleh mereka hendaknya mereka yang menjadi penanggung jawab/penyelenggaranya.
- Mengikutsertakan staf administratif, staf guru, guru kelas, wali kelas dan sebagainya, yang disetujui oleh kepala sekolah.
- Waktu yang disediakan jangan terlalu sempit, sekurang-kurangynya 2 jam pelajaran.
4. Metode Nondirektif (cara yang
tidak mengarahkan), Cara lain untuk mengungkapkan segala perasaan dan
pikiran yang tertekan sehingga menjadi penghambat kemajuan belajar anak bombing
adalah metode nondirektif. Metode ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
- Client centered, yaitu cara pengungkapan tekana batin yang dirasakan menjadi penghambat anak bimbing dalam belajar dengan sistem pancingan yang berupa satu-dua pertanyaan yang terarah.
- Metode direktif yaitu cara pengungkapan tekanan perasaan yang menghambat perkembangan belajar dengan mengkorek sampai tuntas perasaan yang menyebabkan hambatan dan ketegangan, dengan cara client centered yang diperdalam dalam pertanyaan yang motifatif dan persuasif (meyakinkan) untuk mengingat-ingat, serta didorong untuk berani mengungkap perasaan tertekan sampai keakar-akarnya.
5. Metode Psikoanalitis
(penganalisaan psikis), metode ini berasal dari teori psiko-analisa Freud yang
digunakan untuk mengungkapkan segala tekanan perasaan, terutama perasaan yang
tidak didasari. Menurut teori ini, manusia yang senantiasa mengalami kegagalan
usaha dalam mengejar cita-cita atau keinginan, menyebabkan timbulnya perasaan
tertekan yang makin lama makin membengkak. Untuk memperoleh data-data tentang
jiwa tertekan bagi penyembuhan klien tersebut, diperlukan metode psikoanalisis
yang menganalisis gejala tingkah laku yang serba salah dengan menitik beratkan
pada perhatian berulang-ulang.
Adapun tentang mimpi, Freud,
menyebutkan sebagai Via Regia yaitu jalan raya yang dapat memberikan petunjuk
tentang rahasia pribadi pemimpi yang bersangkutan. Sebaiknya soal mimpi tidak
perlu kita gunakan untuk menganalisis jiwa klien.
6. Metode Direktif (Metode yang
bersifat mengarahkan), metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada anak
bimbing untuk berusaha menghadapi kesulitan (problema) yang dihadapi.
Pengarahan yang diberikan kepada anak bombing ialah dengan memberikan secara
langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang menjadi sumber kesulitan
yang dihadapi/dialami anak bombing. Metode ini selain dipakai oleh para
konselor pendidikan atau konselor agama juga banyak digunakan oleh para dokter
umum, dokter jiwa (psycheater), penyuluh sosial.
7. Metode lainnya yang berkaitan
dengan sikap sosial dalam hubungannya dengan pergaulan anak bimbing sering
dipakai metode sosiometri, yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk mengetahui
kedudukan anak bimbing dalam berhubungan kelompok.
D. Konseling dengan pendekatan
Religio-Psychotherapy
Konseling agama atau di Barat disebut
Pastoral cuonseling , yang bertujuan pokok untuk memberikan bantuan pemecahan
problema kehidupan anak bombing secara individual, dengan melalui proses
pencerahan batin lewat potensi keimanan yang semakin kuat berpengaruh dalam
pribadi, sesuai dengan agama yang dianut anak bombing pada hakikatnya tidak
juga terlepas dari psikoterapi yaitu terapi yang didasarka pada pendekatan
keagamaan individual yang bersangkutan. Sebagaimana pengalaman seorang ahli
penyakit jiwa atau saraf, Dr. Carl Gustav Jung, dari Swiss, menunjukkan bukti
bahwa penyakit pasiennya yang berusia 35 tahun ke atas baru dapat disembuhkan
bila mereka dapat menemukan jalan keluar melalui penemuan kembali keimanannya
sesuai ajaran agama yang dianut.Dr.Jung menerapkan psikoterapi berdasarkan
pendekatan agama yang kemudian dikenal dengan “ Religio-psychotherapy” yaitu
penyembuhan penyakit melalui hidup kejiwaan yang didasari dengan nilaki
keagamaan.
Beberapa ahli kedokteran jiwa
meyakini bahwa penyembuhan penyakit pasien dapat dilakukan lebih cepat jika
digunakan metode pendekatan keagamaan, yaitu dengan membangkitkan rasa keimanan
kepada Tuhan lalu menggerakkannya kea rah pencerahan batinnya yang pada
akhirnya menimbulkan kepercayaan diri bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa adalah
satu-satunya kekuatan penyembuh penyakit yang diderita. Dalam agama Islam
terdapat beberapa ayal Al-Quran yang menunjukkan bahwa Tuhan membuat seseorang
menderita sakit dan Dialah yang menyembuhkannya ( seperti ucapan Nabi Yahya
yang menyatakan :” jika aku sakit maka Dialah yang menyembuhkannya. “ )( Qs
As-Syu’aro:80 ). Dan juga sabda Nabi SAW yang menyatakan : “ Alloh tidaklah
menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia juga menurunkan obat penyembuhnya.”
Juga Alloh menyebutkan dalam kitab suci Al-Quran bahwa Alloh tidak menurunkan
Al-Quran melainkan untuk menjadi obat penyhembuh bagi orang mukmin antara lain
seperti firman Alloh SWT, : “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian belaka .”Qs. Al-isra:82.
Dalam kasus Nabi Muhammad sendiri
yang pernah disihir oleh orang kafir, dapat disembuhkan dengan membaca surat
Al-Falaq. Dengan demikian jika dilihat dari peristiwa sejarah pada masa Nabi,
sistem penyembuhan ( healing ) terhadap penyakit psikosomatis, dilakukan dengan
religio-psikoterapi meskipun saat itu belum didasari dengan sistem pendekatan
disiplin ilmu, namun hanya berdasarkan petunjuk wahyu Tuhan semata-mata. Faktor
keyakinan pribadi yang berupa iman tersebut dapat berfungsi sebagai sumber
kekuatan penyembuh terhadap penyakit rohaniah pada khususnya.
Pengalaman Dr. Leslie Wetherhead,
juga menunjukkan bukti bahwa terdapat hubungan sebab akibat antara penyakit
jiwa dengan hilangnya makna nilai-nilai keagamaan dari dalam diri manusia. Buku
karangannya yang berjudul Psychology, Religion and Healing menceritakan tentang
pengalaman-pengalaman tersebut. Begitu pula Dr.H.C Link mendapatkan bukti-bukti
sama dan pengalamannya ditulis dalam buku yang berjudul “ The Return to
Religion”. Penerapan religio-psychotherapy untuk menyembuhkan penyakit jiwa
oleh Dr. Norman Vincent Peale dari Amerika Serikat, juga terbukti efektif. Ia
menuliskan pengalamannya dalam buku karangannya yang berjudul “ The Power of
Positive Thinking”. Di Florida, Amerika Serikat ada sebuah Lembaga Penelitian
tentang penyembuhan penyakit jiwa melalui daya pengaruh bacaan Al-Quran dalam
berbagai kasus penelitian atau percobaan yang terdiri dari kelompok percobaan
seperti kelompok (percobaan) yang terdiri dari orang-orang yang mengerti bahasa
Al-Quran dan kelompok (percobaan) yang tidak mengerti makna ayat-ayat Al-Quran
yang harus mendengarkan bacaan al-Quran. Ternyata bagi kelompok pertama, dapat
memperoleh kesembuhan secara bertahap. Bagi kelompok kedua juga memperoleh
kesembuhan yang kurang intensitasnya di banding dengan kelompok pertama yang
dapat memahami isi bacaan ayat-ayat Al-Quran.
SIMPULAN
Konseling agama ialah usaha
pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan baik lahiriah
maupun batiniah yang menyangkut kehidupannya di masa kini dan di masa
mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental dan spiritual,
agar orang yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada
dirinya sendiri maupun dorongan dari kekuatan iman dan takwa kepada Tuhan.
Adapun tujuan dan fungsi dari Konseling Agama diantaranya :
- Untuk mengungkapkan kemampuan dasar mental-spiritual dan agama dalam pribadi anak.
- Berusaha meletakkan kemampuan mental-spiritual tersebut sebagai benteng pribadi anak.
- Berusaha menanamkan sikap dan orientasi kepada hubungan dalam empat arah yaitu dengan Tuhannya, dengan masyarakatnya, dengan alam sekitarnya dan dengan dirinya sendiri.
- Berusaha mencerahkan kehidupan batin.
Hakikat manusia dalam pandangan
Islam ialah sebagai satu kesatuan yang terdiri dari ruh, jasad dan akal yang
saling terikat dan tidak mungkin dipisahkan menjadi beberapa bagian. Sedangkan
tujuan manusia hidup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Alloh SWT
dengan menta’ati segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam pandangan
agama seorang manusia dikatakan mempunyai perilaku bermasalah tatkala manusia
melakukan sebuah aktivitas yang bertentangan atau tidak sesuai dengan
nilai-nilai agama tersebut yang telah menjadi pegangan hidup.
Ada beberapa metode atau teknik
dalam konseling agama diantaranya :
- Wawancara
- Cumulative record
- Metode Group-guidance
- Metode Nondirektif
- Metode Psikoanalitis
- Metode Direktif
- Metode Sosiometri
DAFTAR PUSTAKA
- Arifin H.M dan Kartikawati, Etty, 1996. Materi pokok Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka
- Smith ,Huston, 2008. Agama-agama Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
- Al-Kadiri, Marwan, 2004. Keseimbangan antara Kebutuhan akal, jasmani dan rohani.Jakarta : Cendikia
- Abdulloh, Muhammad Husain,2003. Mafahim Islamiyah . Jakarta Timur: Al-Izzah
1 komentar:
luar biasa bro >> pengobatan asam urat
Posting Komentar